agar kau selalu sehat dan bahagia di sana…
sebelum kau melupakanku lebih jauh…
sebelum kau meninggalkanku lebih jauh…
Awalnya, aku pikir hal seperti ini hanya ada di dalam cerpen, novel, atau film bertema cinta dan tidak pernah ada di kehidupan sehari-hari. Faktanya, pemuja rahasia hampir selalu ada di sekitar kita, selalu menggumamkan nama kita, dan juga menulis untaian kata-kata cinta yang ditujukan pada orang yang dicintainya. Dalam hal ini aku berpikir, apa sih menariknya cinta sehingga banyak yang kemudian terbius dan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya?Kemudian aku mengalami sendiri mengenai pemuja rahasia, dan itu terjadi beberapa hari yang lalu. Bila grup band Gigi berkata, “Berawal dari Facebook baruku”, maka yang kukatakan adalah, “Berawal dari Facebook jadulku.” Kalian pasti bisa langsung menebak maksudku. Ya, hal ini terjadi lewat facebook, dimana seperti lanjutan lagu band Gigi, seseorang yang lama tak bertemu lalu datang kembali, mengatakan rasa cinta yang selama ini dipendamnya. Namanya sebut saja D, dia dalah teman sebangkuku saat masih duduk di SD. Aku duduk di sampingnya selama satu tahun di kelas lima. Saat itu dia adalah anak perempuan yang judes, jahil, dan suka menggangguku. Beberapa kali aku sering dikerjai, dicaci, dimaki, diganggu, dan diledek olehnya. Saat itu aku memang menjadi bulan-bulanan ejekan teman-temanku karena tubuhku yang kurus dan bicaraku yang gagap. Karena ini aku bahkan dipanggil dengan sebutan Cacing. Si D ini tak luput menjadi bagian dari kelompok yang sering menggangguku saat itu. Bersama dua teman lainnya, dia suka sekali membuatku kesal. Duduk bersamanya selama satu tahun di kelas lima benar-benar tidak menyenangkan, membuatku rindu saat masih di kelas empat, dimana aku duduk bersama T, anak perempuan manis, ramah, dan baik hati. Pada akhirnya masa-masa SD yang tidak menyenangkan terlewati dan aku pun menginjak bangku SMP. Di bangku SMP ini lagi-lagi aku kembali bertemu dengannya, namun tidak satu kelas. Sikapnya di SMP masih saja tidak berubah, tetap saja judes dan menyebalkan, beruntung aku jarang bertemu dengannya.
Tahun-tahun pun berlalu dengan cepat hingga kini aku sudah lulus kuliah. Pertemuanku kembali dengannya di Facebook terjadi beberapa bulan sebelum kelulusanku. Sebagian besar pengguna Facebook pasti aktif mencari atau menambahkan kawan-kawan lamanya sebagai teman, tapi aku tidak seperti itu. Aku berprinsip untuk tidak mencari kawan-kawan lama tetapi akan selalu menerima bila ada permintaan pertemanan Facebook dari kawan-kawan lamaku.
Berawal dari kawan SD yang telah menjadi sahabatku hingga saat ini, sebut saja dia R, D lalu muncul dan mengirimkan permintaan pertemanan padaku. Aku pun menanggapi permintaan tersebut, menerimanya seperti yang kulakukan pada permintaan-permintaan pertemanan sebelumnya. Saat itu kuketahui bahwa D melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di kota Surabaya. Aku yang memang tak tertarik dengan kehidupan orang lain langsung berlalu setelah melihatnya sekilas. Beberapa hari setelah itu D mengirim tulisan di beranda akun Facebook-ku dimana dia menyatakan penyesalannya dan meminta maaf karena dulu pernah berlaku jahat padaku saat masih SD. Aku yang sudah lupa dengan perlakuannya pun tersenyum dan membalas kalau aku sudah memaafkannya. Aku mengatakan bahwa saat itu kita masih anak-anak, jadi wajar kalau berbuat nakal.
Hari berganti dan dari percakapanku dengan R, aku mengetahui bahwa D telah lulus kuliah dan akan diwisuda. Aku senang mendengarnya karena seorang kawanku berhasil menjadi sarjana. Selang beberapa hari kemudian, D mengirimkan pesan melalui Facebook-ku, sebuah kalimant misterius yang membuatku penasaran. Intinya dia mengatakan kalau dia malu mengatakannya karena dia wanita. Aku yang penasaran lalu balik bertanya namun D masih saja memberikan jawaban yang menimbulkan tanda tanya. Aku kemudian menangkap maksud bahwa D berniat mengatakan sesuatu padaku namun dia merasa malu. Aku lalu menjawab dengan kata-kata yang mengatakan bahwa tak perlu malu untuk mengatakan sesuatu, namun bila memang tak bisa mengatakannya lebih baik disimpan saja. Setelah itu aku mendiamkannya, tetapi tampaknya dia tak bisa menahan perasaannya lagi hingga kemudian dia mengirim pesan lagi yang kali ini membuatku berpikir kalau D menyukaiku, dimana dia takut ditolak. Aku lalu memancingnya dan akhrinya kuketahui juga kalau selama ini dia menyukaiku. Dia menyukaiku sejak masih SD dulu hingga saat ini, benar-benar membuatku sangat terkejut. Disitu aku maklum kenapa dia sulit mengatakannya karena memang biasanya laki-laki yang menyatakan perasaannya, bukan wanita. Karena merasa tidak enak padanya dan juga karena aku ingin merasakan bagaimana menjalin sebuah hubungan, aku lalu mengambil inisiatif untuk “menembak”nya. Namun dia menjawab kalau aku tak perlu memaksakan diri dan lebih baik dilupakan saja. Aku pun menyanggupinya, meski begitu tampaknya D benar-benar menyukaiku hingga kemudian dia meralat kalimatnya dan menerima pernyataan dariku. Kami lalu memutuskan menjalin sebuah hubungan percobaan selama satu bulan. Tak lama setelah aku merubah statusku dari lajang menjadi berpacaran, sahabatku yaitu R menulis status kalau dia patah hati. D yang mengetahui kalau sebelumnya aku memiliki “hubungan” dengan R lalu merasa bersalah, mengira dirinya yang membuat R patah hati dan meminta hubungan kami disudahi saja. Aku kemudian menjelaskan kalau hubunganku dengan R hanya sebatas teman dan patah hati R itu bukan karena aku, melainkan karena gebetan R. Lama aku gelisah menunggu reaksinya hingga kemudian dia memberikan balasan kelanjutan hubungan kami.
Beberapa hari berlalu dan hubungan kami berjalan begitu dingin, mungkin dikarenakan aku belum pernah berpacaran sebelumnya sementara dia sudah pernah. Aku memang pintar menggombal dan merayu wanita hingga beberapa yang kurayu jatuh hati padaku, tapi aku tak pernah tertarik untuk berpacaran karena bagiku aku tidak punya alasan untuk itu. Well, yang terjadi kemudian dia mengajakku mengobrol dan mengatakan kalau dia merasa seperti tidak memiliki pacar. Aku pun meminta maaf dan menjelaskan alasan mengapa sikapku begitu dingin. Berikutnya yang dia lakukan adalah memintaku menyudahi hubungan tersebut. Dia meragukan cintaku dan mengatakan kalau hubungan ini tidak bisa dilanjutkan lagi. Dia terus-menerus mengatakan kalau aku tidak mencintainya, padahal sudah berkali-kali kukatakan kalau aku mencintainya. Perasaanku memang biasa-biasa saja padanya, tapi aku berusaha untuk bisa mencintainya sebaik mungkin. Aku balik bertanya kenapa dia mencintaiku dan dia menjawab dia pernah meyebutkan alasannya walaupun saat aku melihat kembali histori pesan tidak ada kalimat yang menjadi alasannya mencintaiku. Dia hanya bilang kalau dia mencintaiku, itu saja. Saat kutanya lagi kenapa hubungan kami tidak bisa dilanjutkan, dia lalu menjawab kalau dia tak pernah berhasil dalam menjalin hubungan jarak jauh. Aku bersikukuh mempertahankan hubungan ini dengan mengatakan bahwa yang lalu biarlah berlalu, yang ada sekarang mari dijalani. Kenyataannya dia terus-menerus mendesakku menyudahi hubungan ini dan juga mengatakan kalau aku tak pernah mencintainya. Aku heran dengan sikapnya yang seperti itu hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk menyudahi hubungan kami, mengatakan kalau hubunganku dengan D telah putus dan merubah status hubunganku menjadi lajang. Saat D mengetahui perubahan status ini, dia tampaknya begitu kaget dan shock lalu menulis status kalau dia membenciku dan menyesal pernah mengenalku. Dia juga mengirimkan pesan padaku yang isinya mengatakan kesimpulan bahwa aku tidak pernah mencintainya. Disini kemudian aku bingung, bukankah dia yang memintaku untuk memutuskannya, menyudahi hubungan ini? Merasa terganggu, aku lalu balas menulis status dimana aku mengatakan bahwa biarlah aku dibenci karena aku sudah biasa dibenci, yang terpenting aku berusaha untuk tidak membenci seseorang. Mungkin merasa tersindir dengan status balasanku, berikutnya dia mengomentari statusku tersebut namun sebelum sempat kubaca komentar itu sudah terburu dihapus olehnya. Dia lalu mengirimkan sebuah pesan yang isinya dia meminta maaf kepadaku dan agar kami berteman lagi seperti sedia kala. Aku pun tersenyum dan membalas bahwa aku juga meminta maaf dan hubungan pertemanan kami akan terus berlanjut, tidak terganggu oleh peristiwa ini. Saat aku membicarakan hal ini pada kakakku, kakakku bilang kalau mungkin saja permintaan D padaku untuk menyudahi hubungan pacaran kami adalah sebuah test, hanya ingin mengetahui seberapa cintaku padanya. Well, kupikir masuk akal juga yang dikatakan kakakku, tapi kalau itu benar aku tidak bisa menerimanya karena cinta bukan urusan coba-coba, apalagi dengan test semacam itu. Wanita memang sulit untuk dimengerti… maklumilah aku yang tidak berpengalaman dalam hal ini… yang seumur hidup belum pernah memiliki pacar…
Setelah pemutusan hubungan tersebut kami hampir tak pernah berhubungan lagi. Pernah waktu itu dia menyapaku di chat FB untuk mengucapkan selamat atas wisudaku, dan sesekali menanyakan apa yang sedang kulakukan. Jujur disini aku tak mengerti kenapa dia bisa menyukaiku. Kami tak pernah bertemu lagi dalam waktu yang lama, tapi dia masih menyimpan perasaannya kepadaku, ini benar-benar membuatku bertanya-tanya. Aku bukanlah lulusan universitas terkemuka, tidak memiliki pekerjaan yang menarik, dan penampilanku juga biasa-biasa, tetapi kenapa bisa-bisanya ada lulusan perguruan tinggi negeri terkemuka yang menyukaiku.? Hahaha… manusia memang aneh dan susah ditebak…
Dari kejadian ini aku kemudian memutuskan ke depannya untuk tidak menjalin hubungan berpacaran dalam bentuk apapun, termasuk hanya sebatas di Facebook. Harusnya aku bisa mempertahankan prinsipku dimana aku tidak ingin berpacaran. Tidak seperti orang-orang, aku memang memutuskan tidak mencari pacar karena aku merasa tidak memiliki alasan untuk melakukannya. Aku sering bertanya, “Untuk apa berpacaran?”, “Apa yang dilakukan dalam pacaran?”. Aku berpikir melihat dari yang terjadi di sekitarku, dimana orang berpacaran hanya menghabiskan uang saja seperti buat beli pulsa dan buat makan malam mingguan. Aku sendiri tidak suka pemborosan untuk sesuatu yang tidak penting, aku lebih memilih yang kubutuhkan saja. Karena saat ini aku berpikir tidak membutuhkan pacar, tidak memiliki alasan yang tepat untuk berpacaran serta juga takutnya hanya menambah dosa karena berpacaran itu mendekati zina, maka yang kulakukan sekarang adalah menjalaninya sendiri seperti apa adanya yang telah terjadi. Menjadi jomblo itu adalah sebuah kenikmatan tanpa ikatan, sementara beberapa orang tidak dapat bertahan dalam status itu. Bukan berarti aku ini lelaki yang tidak normal, hanya saja aku menghargai cinta tidak seperti itu. Bagiku cinta adalah indah pada waktunya, dan bilamana aku mengalami jatuh cinta pada seorang wanita, aku akan mencintainya serta menyayanginya dengan tulus. Sepertinya janjiku pada seorang teman telah terjawab…
Oke, jadi konklusinya adalah, ternyata yang namanya pemuja rahasia itu benar-benar ada di dalam kehidupan sehari-hari dan aku mengalaminya sendiri. Well, aku harus berpikir dua kali sebelum memutuskan, ini adalah pelajaran berharga bagiku. Aku belum berniat mencari pacar, karena aku merasa belum pantas dan belum memiliki alasan tepat untuk itu. Aku akan melatih diriku, memiliki pekerjaan tetap, lalu mencari wanita yang mencintaiku apa adanya dan tak lama kemudian akan langsung menikahinya. Bagiku cinta yang terindah adalah pernikahan… aku akan berusaha untuk langsung menikah tanpa melalui proses pacaran, karena bagiku pacaran setelah menikah lebih baik dan menyenangkan serta terhindar dari dosa. Amin.
karena hanya dengan perasaan rinduku yang dalam padamu
ku pertahankan hidup
maka hanya dengan jejak-jejak hatimu
ada artiku telusuri hidup ini
selamanya hanya ku bisa memujamu
selamanya hanya ku bisa merindukanmu….