Modus Penipuan Meminta Pulsa

Beberapa hari yang lalu (sudah lama sih) kakakku mendapatkan sebuah sms seperti ini:

“Tolong belikan pulsa As 25rb di nomor mama, ini nomornya 085255240547 secepatnya penting karena hp orang ini saya pake sms.”

Kakak mengira sms itu datang dari tante saya, yang biasanya dipanggil mama oleh anak-anaknya. Kakak mengira salah seorang anak tante saya yang mengirimkan atau forward sms tersebut ke nomornya. Kakak yang sedang dalam perjalanan pun kemudian mampir untuk membeli pulsa kepada nomro tersebut tanpa rasa curiga sedikit pun karena tante memang biasa minta dibelikan pulsa. Nomor yang dipakai memang bukan nomor tante saya, tetapi kakak berasumsi kalau tante berganti nomor kembali karena tante memang suka gonta-ganti nomor akibat ulah lawan-lawannya dalam menangani kasus.

Sesampainya di rumah tante, kakak menanyakan apakah pulsa yang dibelikannya sudah sampai. Tante terkejut mendengarnya karena memang merasa tidak meminta untuk membelikan pulsa. Kakak bingung dan kemudian menanyakan lagi apakah tante berganti nomor. Tanteku menjawab kalau beliau tetap memakai nomor lamanya. Kakak lalu menanyakan pada anak-anak tante adakah yang mengirimkan sms minta dibelikan pulsa, tetapi anak-anak tante tidak ada yang mengiyakan. Akhirnya kakak menyimpulkan kalau dia baru saja kena tipu. Kakak shock karena beberapa hari sebelumnya dia selalu sial dan kehilangan uang, ditambah lagi dengan penipuan bermoduskan sms sok akrab yang meminta kiriman pulsa. Atas saran saya, Kakak menghubungi nomor tersebut namun rupanya kedua nomor tersebut tidak aktif, mungkin sengaja dimatikan agar tidak bisa dilacak dan pulsa yang dikirim mungkin sudah ditransfer ke nomor lain. Dan untuk kesekian kalinya keluarga kami kena tipu….

Malam ini, saat saya mengecek ponsel yang saya tinggal begitu saja di kamar, saya menemukan sebuah pesan baru di layar ponsel. Isinya sama persis dengan sms yang pernah diterima kakak, saya bisa tahu sama karena sebelumnya kakak menunjukkan sms tersebut ke saya. Rupanya ini adalah sebuah modus penipuan berantai. Tentu saja saya tidak membalas pesan tersebut, walaupun sepupu saya menyarankan untuk membalasnya dengan kata-kata, “Masih zaman ya beginian?”.

Kesimpulan saya, rupanya penipuan melalui sms masih saja ada. Modusnya pun makin bermacam-macam, mulai dari undian berhadiah, hingga yang terakhir ini. Kita harus lebih barhati-hati dan meneliti terlebih dahulu sebelum memutuskan. Kalau diamati dengan teliti, akan terlihat kesalahan penipu di dalam pesan yang mereka kirimkan. Pesan saya, jangan pernah mengirimkan pulsa kepada seseorang yang mengirimkan sms kepada Anda dan mengaku sebagai bagian dari keluarga Anda. Teliti lebih dulu dan baiknya melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan. Kalau perlu tanyakan siapa nama orang yang mengaku sebagai keluarga kita tersebut.

Saya berdoa semoga kita semua selalu terhindar dari segala bentuk kejahatan dan saya berdoa semoga mereka yang melakukan hal tercela ini bisa segera sadar dan menghentikan perbuatannya yang merugikan orang lain.

Story of Status

<!–[if !mso]> <! st1\:*{behavior:url(#ieooui) } –>

Rencananya hari raya kemarin aku mau menghapus akun facebook milikku, tetapi batal setelah salah seorang friend di dalam listku menyarankan untuk memikirkannya kembali (thanks to Kainen for this).

 

So, kenapa timbul niat untuk menghapus akunku?

 

Sebelumnya aku mau menceritakan sedikit bagaimana sejarah dari akun facebookku ini. Awalnya aku sama sekali tidak tertarik untuk membuat akun facebook ini karena aku lebih tertarik menggunakan multiply. Ya, multiply adalah rumah pertamaku (setelah YahooMail tentunya) di dunia maya. Lalu kenapa aku bisa punya akun facebook?

 

Akun facebook milikku -biar lebih akrab kita sebut LMKD- (terima kasih pada Pak Iwan Pilliang atas inisialnya), sebenarnya sudah ada bahkan sebelum facebook ngetren dan booming di Indonesia. Saat itu seorang teman lama -sebut saja dia Rain biar akrab- mengatakan kalau dia punya akun facebook dan lebih aktif disana mengobrol dengan mahasiswa luar negeri. Aku lantas bertanya, apa sih asyiknya facebook? Perasaan biasa saja deh, bahkan kayaknya kurang bersahabat, pikirku saat itu. Rain hanya menjawab, “Coba saja sendiri.”

 

So, aku pun iseng membuka http://www.facebook.com/ dan mulai mendaftar dengan e-mail keramatku, tentu saja welcamluna@yahoo.co.id. Aku menyebutnya keramat karena e-mail ini telah menemaniku semenjak aku pertama kali main ke warnet (seriously) dan usianya kira-kira sudah lima tahun lebih. Lupakan e-mail itu, kita kembali membicarakan LMKD. Saat itu aku membuat akun LMKD asal-asalan yang nantinya berubah menjadi aku tetapku hingga saat ini. Aku mengisi data-datanya secara sembarangan karena jujur aku sama sekali tidak mengerti mengenai tata cara bermain di facebook yang menurutku ribet, berbeda dengan multiply (walaupun MP sekarang jadi lebih ribet). Saat itu nama akunku belum LMKD, melainkan hanya LM saja. Di luar dugaan akunku yang belum ada fotonya itu sudah mendapat permintaan pertemanan dan tentu saja aku yang polos menerimanya begitu saja padahal aku tidak mengenal orang tersebut. Namanya Pak Hasyim Ashari Hamid kalau tidak salah, ya dialah yang pertama kali ada di dalam daftar friend-ku.

 

Saat itu aku sedang terkenang-terkenang dengan gadis yang aku sukai, dan secara iseng mencarinya di dalam pencarian teman yang ada facebook. Facebook menemukannya dan kupikir dia gadis yang aku cari, namun kenyataannya dia bukan yang kucari, dan itu bukan masalah bagiku. Selanjutnya dia -kita sebut saja Usagi- menjadi teman facebook pertama yang aktif menulis di wallku. Dia menanyakan kenapa tidak memasang foto profil di akunku yang memang saat itu blank tanpa PP dan aku menjawab dengan polos (tanpa perasaan bersalah sedikitpun!) kalau, “Hehehe… sori, masih belum punya foto. Ntar deh dipasang kalau sudah ada foto.” Seriously, aku memang belum punya foto di internet yang bisa kupasang, bukannya tidak mau memasang foto profil (bahkan akun friendsterku gambarnya bunga Anggrek yang bisa ditemukan dengan mudah di Google).

 

Hari-hari (bahkan bulan) berlalu dan aku yang memang tidak tertarik memainkan facebook dengan segera melupakannya serta kembali (tentu saja) ke dunia blogging multiply. Saat itu aku memang sedang senang-senangnya ngeblog di multiply yang aku anggap asyik untuk berbagi cerita. Hingga suatu hari, perkenalkan sepupuku Nobuo, bermain internet dengan “mencuri” modem kakaknya. Aku yang tidak sengaja melihatnya menemukannya sedang membuka facebook.  Aku pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama yang pernah kulemparkan pada Rain dulu. Nobuo menjawab kalau facebook sangat menyenangkan. Facebook sedang ngetren dan anak-anak di Smabel, sekolahnya saat itu, kebanyakan sudah punya akun facebook. Dia bilang kalau melalui facebook dia bisa mencari dan menemukan teman-teman lamanya di sekolahnya dulu. Menemukan teman sekolahnya dulu? Aku jadi tertarik saat mendengarnya. Dan aku pun kembali ke facebook dimana untuk pertama kalinya aku memasang foto profile dengan foto close-up-ku yang super keren (memuji diri sendiri). Sudah bisa diduga (walaupun sebenarnya aku tidak menduganya) si Usagi yang kecanduan Pet Society itu memberikan komentarnya di wallku terkait PP-ku yang sok cool kedinginan di gunung (pose diambil di gunung Kelud). Well, aku rindu masa-masa itu…

 

Selanjutnya, aku mulai bermain di facebook walaupun tidak segencar saat bermain di multiply. Awalnya aku menggunakan LMKD hanya untuk mencari dan menemukan… you know, teman-teman lamaku yang mungkin sekarang sudah menjadi orang sukses (berharap ketularan sukses). Wow, facebook memang menarik, aku bisa menemukan hampir semua (walaupun sebenarnya terbilang sedikit) teman-teman lamaku di sekolah menengah. Aku sengaja tidak mencari atau menambahkan teman-teman dari kampus lamaku karena… ada alasan yang tidak bisa kusebutkan. Disini aku mulai melihat wajah-wajah baru, semisal teman-temanku yang kini kelihatan “waras” dan “alim”, tidak seperti saat masih sekolah dulu (bagus itu). Dan perjalananku di facebook dimulai, dimana wall status mulai terasa penting bagiku…

 

Apa yang pernah aku cari saat pertama kali membuka facebook akhirnya aku temukan juga. Gadis yang aku cintai setulus hatiku itu -sebut saja May- punya akun facebook. Tapi aku tidak menemukannya melalui fasilitas pencarian teman yang ada di facebook, melainkan dari lisannya langsung saat dia meneleponku (Ya Allah, aku rindu saat-saat itu…). May menanyakan apa aku punya akun facebook, dan aku mengiyakan. Sebelumnya dia memang pernah memberikan alamat friendsternya dan sudah ada di dalam list friendsterku, walaupun kemudian friendsternya terpaksa ditutup karena sesuatu alasan (aku tak heran dengan alasannya – dia memang primadona). Setelah mendapatkan akun facebooknya, aku segera menambahkannya ke dalam daftar teman dan kami pun bisa saling bertemu di facebook. Namun sayang, sepertinya dia harus kembali menghapus akun facebook-nya dengan alasan yang sama karena tiba-tiba saja aku tak bisa menemukannya lagi di facebook. It’s okay, time to forget her, dan aku sudah benar-benar melupakannya walaupun sekarang kembali teringat padanya gara-gara mengerjakan tulisan ini. Awalnya kami masih sempat kirim pesan singkat melalui SMS sampai aku mengganti nomorku dan tidak memberitahukan kepadanya. Aku memang sudah memutuskan untuk tidak mengganggu dia, yang sudah memiliki kehidupan baru dengan kekasih yang dicintainya.

 

Ya, kira-kira seperti itulah sejarah singkat akun facebook-ku yang melegenda itu (saat itu kalian bisa menemukannya dengan mudah hanya dengan mengetikkan kata ”Komodo”). Lalu, apa yang menjadi alasan untuk menghapus akun yang punya banyak nilai historis itu?

 

Seorang teman dunia maya yang aku kagumi, sebut saja dia DK (alias Donkey Kong!) pernah mengatakan padaku, ”Statusmu, kuburanmu!” dan rupanya perkataan itu benar terjadi padaku, tepatnya akhir-akhir ini. Kita semua yang menggunakan aplikasi bahasa Indonesia pada akun facebook kita pasti tahu sepenggal kalimat yang ada di atas kotak isian status. Kalimat itu berbunyi, ”Apa yang sedang Anda pikirkan?”. Yup, bagi sebagian orang pemain facebook, apa yang menurut mereka sedang mereka pikirkan sebenarnya bukanlah apa yang sedang mereka pikirkan saat itu. Kebanyakan mungkin hanya cari sensasi atau berburu like yang gak jelas apa artinya. But, that’s work different on me, apa yang sedang aku pikirkan adalah yang benar-benar aku pikirkan hingga aku bisa benar-benar mencurahkan isi hatiku yang terdalam sekaligus ke dinding LKMD. Aku tidak peduli ada yang berkomentar atau menyukainya, yang penting bagiku adalah melampiaskan perasaan di hati. Namun rupanya perasaan itu justru menjadi kuburanku sendiri (berarti aku sudah mati dong?). Aku melampiaskan kesedihanku ke dalam dinding LKMD dan aku tak menduga kalau kesedihanku itu bisa melukai orang lain! Aku juga hilang kendali dan hampir saja membocorkan rahasia penting sebelum itu. Beruntung aku sempat menghapusnya sebelum diketahui oleh pihak yang bersangkutan (yang mana aku tidak tahu kalau ternyata dia juga sudah punya akun facebook). Kakakku marah, ibuku marah, dan ibuku memintaku untuk menghapus akunku saat itu juga! Saat itulah aku hanya bisa pasrah dan menyadari kesalahanku, berniat menghapus akun LMKD. Beberapa fotoku di dalam akun LMKD yang belum ada di multiply pun langsung aku pindahkan ke album Navilink47. Tapi aku tak mau langsung menghapusnya begitu saja. Aku masih ingin bersama LMKD di saat-saat terakhir akunku tersebut (lebay!!!). Karena itulah kuputuskan untuk menghapus akunku tepat di hari raya. Sebenarnya bukan hanya itu saja yang membuatku ingin menghapus akunku, melainkan juga alasan-alasan lain yang tidak bisa kusebutkan disini (for example:  when I lost my bestfriend).

 

Hari raya, hari dimana aku berencana menghapus akunku, seseorang yang ada di dalam list friend LMKD mengomentari status yang rencananya menjadi status terakhirku, mencoba menahan keinginanku untuk menghapus LMKD. Aku pun berpikir sejenak mengenai keinginanku untuk melenyapkan LMKD dari dunia maya. Kata-kata dalam sepenggal komentarnya menghentikanku sejenak. Tidak, kata-katanya tidak menghentikanku barang sebentar, tetapi benar-benar menghentikan niatku untuk ”membunuh” LKMD. Dia berhasil melakukannya dengan baik dan kuputuskan untuk tetap mempertahankan akun tersebut. LMKD tidak jadi aku hapus, ibuku bisa menerimanya, dan aku masih bisa menulis status di akunku itu! Aku pun tidak jadi menyusul adikku yang sudah terlebih dahulu menghapus akun facebook-nya.

 

Kuakui, tidak semua yang kudapatkan melalui akun tersebut adalah hal yang buruk. Aku mengenang saat-saat pertama kali membuat akun itu, bertemu dengan May, menjalin hubungan dengan Dian (yang akhirnya putus juga), bertemu Pak Damas (yang selalu nge-like statusku), DK, hingga D*****. Dari akun itu aku bisa tahu kabar terkini dari kawan-kawan lamaku. Dari akun itu aku mendapatkan informasi mengenai kurikullum dan bertemu dengan kawan-kawanku seperjuangan yang tersebar di seluruh nusantara. Berbagi cerita, berbagi rasa… so, kenapa aku harus menghapusnya?

 

Aku memutuskan untuk mempertahankan LMKD, dan itu artinya, ASSE Gank bisa berkumpul bersama-sama walaupun hanya di dunia maya! Ya, Huda mengirimkan pesan singkat padaku, memintaku untuk membuatkannya akun facebook, walaupun sebelumnya kukatakan akan menghapus akunku. Tapi akhirnya kubuatkan juga dia sebuah akun facebook dan kini tiga anggota geng anak-anak tidak populer yang sempat populer di SMA dulu telah berkumpul di dunia maya, tepatnya di facebook. Oh, aku rindu sekali berpetualang bersama mereka kembali….

 

”Statusmu, kuburanmu…” berhati-hatilah dengan apa yang kau tulis bahkan di kolom status facebookmu. Apa yang kau tuliskan itu mewakili dirimu, dan bahkan tidak mungkin bisa membahayakan dirimu sendiri. Jangan pernah mengumpat kata kasar, jangan pernah menghina orang, jangan pernah mengatakan kamu sendirian, karena semua itu bisa saja menjadi kuburanmu….

 

Dunia maya hanyalah sebuah dunia yang tidak nyata dimana semuanya terlihat sama, samar, dan bisa dimanipulasi dengan mudah. Pengalaman telah banyak bicara dan kita haruslah belajar dari situ. Hati-hati dengan orang yang baru kalian kenal di dunia tersebut, karena walaupun terlihat baik, kita tidak akan pernah tahu bagaimana isi hatinya yang sebenarnya hingga kita mengalami keburukan akibat hal tersebut. Selalulah ingat bahwa relationship di dunia nyata jauh lebih berharga daripada yang terjalin di dunia maya. Akhir kata, gunakanlah internet dengan bijak, agar kita bisa selamat baik di dunia maya atau dunia nyata.

 

Feel free to comment…

 

(terus terang saja, aku belum pernah membuat tulisan selebay ini sebelumnya…)

Kisahku dengan Seorang Buronan (bag.2)

Yang bisa aku simpulkan dari cerita Mario adalah bahwa kemungkinan tukang ojek yang mengantar Mario telah berkomplot dengan kawanan perampok tersebut. Hal ini bisa saja benar, tanpa berniat berburuk sangka terlebih dahulu, karena beberapa tukang ojek di daerah sana memang beringas dan sudah seperti preman. Mereka suka menaikkan tarif begitu saja di tengah perjalanan dan bila penumpang tidak bersedia, penumpang tersebut akan ditinggalkan begitu saja sebelum tiba di tempat tujuan. Beberapa peristiwa mengatakannya demikian.
Kesimpulan kedua adalah apa yang dilakukan oleh polisi belum sesuai dengan tugas mereka sebagai pengayom masyarakat. Seharusnya mereka tetap menahan Mario sebagai korban sekaligus saksi, bukannya menyuruhnya pulang. Seharusnya polisi bertindak berani dan mengejar penjahat siapapun mereka tanpa rasa takut, walaupun penjahat tersebut lebih kuat dan ”menyeramkan” dari mereka.
Kesimpulan terakhir adalah wartawan yang dikisahkan Mario telah melanggar kode etik, dan tidak seharusnya dia melakukan hal seperti itu. Entahlah, aku kurang begitu jelas mengenai bagian wartawan dalam kisah Mario, karena Mario menceritakannya tidak begitu bagus dan berantakan, aku bisa memakluminya dilihat dari tingkat pendidikan Mario. Sebenarnya, ada sebuah LSM yang berniat membantu Mario saat itu. LSM tersebut bahkan memberikan nama dan tempat yang bisa didatangi Mario bila membutuhkan bantuan. Tetapi Mario sudah kehabisan akal dan hanya memikirkan bagaimana caranya kembali ke kampung halaman dan pergi dari tempat itu sebelum polisi mengejarnya.
Baiklah, kita lanjutkan ceritanya. Sepanjang perjalanan Mario mengajakku bercakap-cakap, mungkin untuk mengisi waktu dan melupakan kesialannya hari itu. Tidak sulit bagi kami untuk cepat akrab karena kami berdua berasal dari daerah yang sama. Kami kemudian membicarakan mengenai kota kami, kehidupan di Sumatera, sepakbola, pengalamnnya dan hal-hal lain yang bisa dibicarakan termasuk mengenai keluarga. Dia mengatakan kalau kepulangannya ini adalah yang terakhir karena dia akan menetap di Kediri untuk seterusnya. Sebelumnya dia sempat berpindah-pindah kerja dari satu kota ke kota lain di Indonesia bahkan ke luar Malaysia sebagai buruh kasar. Dia tidak menyangka kalau kepulangannya akan berakhir seperti ini, dirampok dan kemungkinan saat ini sedang dikejar oleh polisi. Dia juga menceritakan mengenai keluarganya, dimana dia memiliki seorang anak yang masih kecil. Baiklah, baiklah… silakan bercerita apa saja, kupikir aku adalah pendengar yang baik.
Saat bus kami berhenti di sebuah rumah makan untuk beristirahat, kulihat dia tetap di kursinya tidak beranjak. Selama perjalanan tadi dia belum makan, kecuali permen dariku. Kukira dia tidak mau turun untuk makan karena keterbatasan dana, karena itulah aku mengajaknya turun untuk makan. Kupikir tidak ada salahnya mentraktir dia makan.
Kami turun dan memesan bakmie. Kulihat dia makan dengan lahapnya, sepertinya baru saja mengalami hari yang sangat melelahkan, dan kalau ceritanya benar, maka dia benar-benar mengalami hari tersebut. Setelah makan dia tampak senang dan mengucapkan terima kasih banyak kepadaku. Dia bilang dia tidak mau turun makan karena khawatir uangnya tidak cukup untuk ongkos perjalan ke Kediri berikutnya. Karena itulah saat aku mengajaknya makan, dia begitu senang. Berkali-kali dia mengucapkan terima kasih padaku, membuatku merasa tidak enak. Aku mengatakan kalau aku hanya menolong saja sebagai sesama perantau dan orang Kediri tentunya. Bukankah kita harus saling menolong satu sama lain?
Setelah beristirahat, bus kami kembali melanjutkan perjalanannya. Kini Mario terlihat lebih ceria dari sebelumnya dan itu bagus. Paling tidak aku lupa kalau dia baru saja membacok orang. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding.
Menjelang pelabuhan Bakauheni, bus yang kami tumpangi berhenti. Sepertinya ada bagian bus yang mengalami kerusakan sehingga kru bus terpaksa memberhentikan bus untuk memperbaiki kerusakan. Bus pun berhenti sangat lama, membuat para penumpang mulai hilang kesabaran. Aku pun demikian, berharap suku cadang yang dipesan untuk memperbaiki bus itu segera datang karena aku benar-benar kepanasan di dalam bus. Mario yang kepanasan kemudian keluar dari bus. Suasana saat itu begitu gelap, kuharap dia tidak melakukan sesuatu yang berbahaya.
Akhirnya bus kembali berjalan dan kami memasuki pelabuhan Bakauheni, menunggu begitu lama disana untuk kemudian bisa masuk ke dalam kapal ferry. Setelah masuk ke dalam ferry, kami semua turun ke kapal. Aku bersama Mario dan dua orang yang hendak pergi ke Jogja berjalan bersama menyusuri kapal. Kami berempat pun berbincang akrab selama di atas kapal hingga kapal merapat di pelabuhan Merak. Perjalanan kami pun kembali berlanjut di atas darat dengan bus yang sama.
Mario bertanya padaku bagaimana pergi ke Kediri dari Bekasi. Pemberhentian terakhir dari bus yang kami tumpangi memang di Bekasi, dan Mario mengatakan dia disuruh turun di Bekasi. Biasanya dia pergi ke Jakarta dari Kediri menggunakan kereta api yang turun di Tanah Abang. Saat itu dia bersama dengan kawan-kawannya sehingga dia tidak khawatir. Kini dia sendiri dan dia takut tersesat Bekasi bila telah turun dari bus. Dia menunjukkan tiket kereta api yang kukenal sebagai tiket KA Brantas yang masih dia simpan di dompetnya. Aku lalu menyarankan untuk naik kereta dari stasiun Bekasi dan membeli tiket KA Brantas yang memiliki tujuan akhir Kediri dari sana. Tiket KA Brantas harganya murah dan berhenti terakhir di Kediri. Sisa uang Mario yang lima puluh ribu benar-benar pas untuk membeli tiket tersebut dan juga naik Bus apabila dia berhenti di stasiun Kertosono, mengingat rumahnya lebih dekat dari Kertosono dibandingkan dari stasiun Kediri. It’s oke, terserah kamu mau lewat yang mana.
Tetapi saat aku melihat karcis bus milik Mario, ternyata tertulis disana kalau tujuan akhir Mario adalah terminal Kampung Rambutan, sama dengan tujuan akhirku dan bukannya terminal Bekasi. Jarak dari terminal Kampung Rambutan ke stasiun terdekat cukup jauh, dan kupikir Mario akan kesulitan nantinya dan ada kemungkinan dia tersesat di kota. Karena itulah aku kemudian berinisiatif untuk membantunya tiba di stasiun. Lagi-lagi Mario berterima kasih atas bantuanku.
Sebelum bus tiba di terminal Kampung Rambutan, aku minta kepada kernet bus untuk menurunkan kami di Rambo. Kami pun pergi ke rumah tanteku, tempat dimana aku tinggal di Jakarta. Kuputuskan untuk ke rumah tanteku dulu sebelum mengantarkan Mario ke stasiun Jatinegara karena waktu masih terlalu pagi dan juga aku sudah terlalu capek. Mario pun ikut denganku ke rumah tante.
Kami pun tiba di rumah tante dan tante sedang ada di rumah, tidak pergi seperti biasanya. Untuk menghindari kecurigaan, aku menyuruh Mario untuk mengenalkan diri sebagai teman SMP sewaktu di Kediri dulu yang kebetulan bertemu di bus. Tanteku dengan senang hati menerima Mario dan menyuruhnya makan dan mandi sebelum pergi ke Kediri. Setelah makan dan mandi, kami pun beristirahat sebentar. Saat beristirahat di halaman rumah, Mario kembali mengucapkan terima kasih kapadaku. Dia merasa sangat bersyukur karena bertemu denganku. Dia bahkan mengajakku untuk mampir ke rumahnya bila pergi ke Kediri.
Saat tanteku bertanya pada Mario, Mario secara tidak sengaja mengatakan kalau dia habis dirampok. Beruntung dia bisa berimprovisasi dengan mengatakan bertemu dan ditolong olehku. Tanteku lalu memberinya lima puluh ribu rupiah untuk tambahan ongkos pergi ke Kediri. Tanteku juga menawarkan pekerjaan kepada Mario. Mario tampak senang dan berjanji akan segera menghubungi tanteku. Beruntung tanteku tidak curiga pada Mario, karena terus terang saja umurku dan Mario terpaut sebelas tahun! Bagaimana mungkin kami bisa satu sekolah?
Mario sepertinya sudah ingin kembali ke Kediri. Dia mengajakku untuk segera pergi ke stasiun. Karena dia memaksa akhirnya kami pun pergi ke stasiun Jatinegara walaupun aku masih sangat lelah. Kami tiba di stasiun pukul dua belas siang dan langsung membeli tiket KA Brantas. Tetapi Brantas baru tiba di Jatinegara pukul empat sore dan itu berarti kami keduluan empat jam! Aku yang malas menunggu kemudian berpisah dengan Mario. Aku menyuruhnya untuk menunggu sampai kereta berangkat. Bila dia kesulitan, aku menyarankannya untuk bertanya pada petugas stasiun. Dan sebelum aku pergi aku berpesan padanya untuk jangan lupa membaca sholawat, sesuatu yang selalu dipesankan ibuku setiap kali aku akan bepergian jauh. Perjalananku dengan ”buronan” itu pun selesai sampai disini.
Sebenarnya aku khawatir meninggalkannya sendirian di stasiun, tapi kupikir Mario bisa melanjutkan perjalanannya seorang diri. Kuharap dia naik kereta yang benar dan tiba di Kediri dengan selamat. Sebelum berpisah aku memberikan nomor telepon genggamku kepadanya, menyuruhnya untuk menghubungi atau mengirimkan pesan singkat kepadaku bila sudah tiba di Kediri. Meski begitu keesokan harinya aku tidak menerima pesan singkat atau panggilan darinya. Mungkin dia lupa atau kehilangan nomorku, tidak masalah. Aku lalu mencoba menelepon nomor istrinya yang terekam di telepon genggamku. Nomornya tidak aktif, aku tidak heran karena Mario sudah menyuruh istrinya untuk mencabutnya. Sejak itu aku tak pernah tahu lagi bagaimana kabar Mario. Aku berharap dia tiba di rumahnya dengan selamat dan berkumpul kembali dengan keluarganya. Aku tak khawatir bila ternyata dia menipuku, karena apa yang aku lakukan semata-mata hanya untuk berbuat baik. Aku percaya pada Mario, aku yakin Mario adalah orang yang baik. Bilapun kemudian dia tertangkap polisi, semoga dia bisa terlepas dari masalah tersebut. Dimanapun dia dan apapun yang dikerjakannya sekarang, aku hanya bisa berdoa semoga kebaikan selalu bersamanya. Amin.


Selesai….