Wali Band tampil dengan sangat impresif dan atraktif malam itu. Interaksinya dengan para penonton sangatlah menarik dan mereka tampil dengan sangat memukau malam itu membawakan dua belas lagu dimulai dari Doaku Untukmu Sayang, diakhiri dengan Cari Jodoh. Mereka bahkan berduet dengan Pak Walikota menyanyikan lagu Aku Bukan Bang Thoyib. Ini adalah kali pertama aku menyaksikan konser grup band terkenal ibukota secara langsung, setelah sebelumnya hanya pernah menyaksikan penampilan band indie lokal bernama Biscuit di sekolahku dulu. Rasanya sangat menyenangkan, walaupun perhatianku tersita oleh kegiatanku merekam dan memotret, berusaha sebaik mungkin mencari sudut terbaik pengambilan gambar. Sayangnya jarakku masih terlalu jauh dari panggung dan juga tubuhnya yang pendek membuat gambar yang terekam pun seadanya. Yah, resiko orang pendek ya beginilah… Tapi tak apa, aku cukup puas dengan konser ini, salut buat Wali dan terima kasih untuk Walikota yang menghadirkan mereka di kota Taman.
Seperti yang aku bilang tadi, ini adalah konser grup band terkenal ibukota pertama yang ditonton secara langsung. Sebelumnya aku sama sekali tidak tertarik datang ke konser band seperti ini karena aku tidak suka keramaian dan suara bising. Konser band di sekolahku dulu saja sudah sangat menggangguku, apalagi konser band terkenal ibukota. Meski begitu akhirnya aku datang juga ke stadion Bessai Berinta yang juga disebut Lang-Lang itu. Sekali-kali bolehlah bersenang-senang dan menghibur diri sendiri untuk refreshing dan melepas penat. Selain itu aku juga ingin mendapatkan pengalaman langsung menonton konser musik serta merasakan atmosfir sesungguhnya untuk menemukan alasan kenapa banyak orang rela berdesak-desakkan demi menyaksikan penampilan band kesayangannya. Dan ya… aku merasakan dan menemukannya, ternyata menyaksikan konser band kesayangan secara langsung itu mengasyikkan. Setelah puas merekam gambar, aku kemudian ikut bersama-sama dengan para penonton lainnya bergoyang saat Wali menyanyikan lagu andalan mereka. Aku bahkan ikut berteriak-teriak dan bernyanyi keras saat Pa’ank dan kawan-kawannya menyanyikan lagu Yank dan Cari Jodoh, dua lagu yang aku suka. Aku bahkan basah kuyup terkena siraman air dari depan. Rasanya begitu lepas saat ikut bergabung dengan para penonton, ikut bersama-sama bernyanyi, bergoyang, jingkrak-jingkrak, dimana rasanya semua beban yang ada di kepala langsung sirna begitu saja, yang ada hanyalah bernyanyi. Rasanya semua masalah, kesedihan, dan kekecewaan yang kurasakan beberapa hari ini sirna semua, terasa sangat bebas dan plong. Kini aku menemukan bentuk lain dari apa yang disebut dengan pelampiasan stress atau yang disebut hiburan. Ya, semua orang membutuhkannya untuk menjaga keseimbangan hidup, salah satunya melalui bernyanyi dalam hal ini menonton konser band Wali.
Sayangnya aku menemukan hal yang tidak menyenangkan dan membuat miris. Wali Band adalah band yang dikenal dengan lagu-lagu melayunya yang liriknya merakyat, sehingga penggemarnya pun tak hanya dari remaja saja, tapi semua kalangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, para orang tua. Mereka pun ikut datang menghadiri konser Wali. Bisa dibilang tua-muda, laki-perempuan, semuanya datang untuk menyaksikan konser. Mirisnya itu, ada beberapa orang tua yang datang membawa serta anak mereka yang masih kecil bahkan masih bayi ke konser tersebut. Beberapa bahkan masuk di dalam barisan, ikut berdesak-desakan di dalam kerumunan. Disini aku tidak habis pikir, kok ya segitunya mau nonton konser sampai-sampai anaknya dibawa-bawa segala. Memang tidak dilarang sih, tapi apa mereka tidak berpikir kalau hal itu tidak baik bagi anak-anak mereka? Situasi yang berdesakan, hawa panas (sampai disiram air), asap rokok, musik yang keras, bukankah itu tidak baik bagi mereka khususnya yang masih bayi? Bayangkan bila kemudian suasana konser menjadi ricuh dan tak terkendali, apa yang akan terjadi pada anak-anak itu? Aparat keamanan memang telah bersiaga untuk mengantisipasi kerusuhan, tapi kita semua tidak bisa menebak bagaimana kerusuhan itu akan terjadi. Sudah sering kita lihat berita televisi tentang konser yang berakhir ricuh dan beberapa bahkan meninggal dunia terinjak-injak seperti konsernya Sheila on 7 dan A1 beberapa tahun yang lalu. Tak heran bila kemudian di akhir acara diumumkan tentang anak yang hilang terpisah dari orang tuanya. Kalau sudah seperti ini salah siapa? Sekedar pesan saja untuk orang tua lainnya agar bijak merawat anak, dan tak perlulah memaksakan diri seperti itu. Kasihan anaknya, mereka belum siap untuk konser seperti itu. Tapi memang sih kalau namanya penggemar setia, banyak hal yang rela dilakukan dan mengorbankan hal-hal lainnya. Bijaksanalah dan pilah mana yang baik atau bermanfaat bagi kita semua.
Well, secara keseluruhan konser Wali Band di Bontang Expo berjalan lancar walaupun ada beberapa hal kecil yang mengganggu, dan hal itu pastilah ada dalam setiap kegiatan. Aku bisa mengatakan hal itu karena aku pernah menjadi panitia dalam acara pemecahan rekor susu Bendera beberapa waktu lalu dan percayalah, mengadakan sebuah acara itu tidak mudah terutama yang melibatkan orang tua dan anak-anak, membuatku tersindir saat dulu mencerca pelaksanaan acara Kids Choice Award Global TV. Harapanku ke depannya adalah agar agar pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti ini lebih menyasar pada keamanan, kenyamanan, dan kepuasan pengunjungnya sehingga mereka yang datang ke suatu acara akan merasa terhibur, menemukan yang mereka cari, dan tidak menyesali keputusan mereka. Berhasil menciptakan kenangan atau kesan indah dalam ingatan pengunjungnya adalah sebuah keberhasilan dari panitia sebuah acara dan itu patut untuk dirayakan.
Kini aku merasakan bagaimana rasanya menyaksikan sebuah konser musik secara langsung, terlebih sebuah band yang kusuka, hanyut dalam suasananya, ikut bernyanyi, berjingkrak, dan tentu saja berteriak sampai suaraku serak. Sementara yang lainnya bersama-sama mengangkat kedua tangannya ke atas lalu melambaikannya, yang kulakukan justru sebaliknya, memasukkannya pada kedua saku celana panjangku sebagai antisipasi copet (hehehe…). Ini adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan dan mungkin tidak datang dua kali, sebuah catatan yang indah terutama untuk memperbaiki novelku. Terima kasih Wali Band… Terima kasih pula Walikota Bontang… dan tentu saja aku tak lupa untuk mengucapkan… Selamat ulang tahun ke-12 untuk kota Bontang, kota kelahiranku yang aku banggakan.
BESSAI BERINTA, MARI MENDAYUNG BERSAMA!
Dan inilah hasil rekamanku yang gagal karena suaranya pecah… Hahaha… Maaf banget ya…