Adzan Tak Pernah Berakhir

Adzan Tak Pernah Berakhir

Subhanallah, begitu banyak tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta ini.

Adzan telah dikumandangkan dari beribu surau dan masjid.

Dunia memiliki perbedaan waktu antara satu wilayah dengan wilayah yang lain.

Sebelum adzan Subuh sempat berkumandang di wilayah terbarat benua Afrika, adzan Dzuhur pun siap berkumandang menjelajah belahan dunia lainnya.

Sementara kumandang adzan Dzuhur belum sempat terdengar kembali di bagian timur Indonesia, adzan Ashar telah siap menjelajah bagian dunia lainnya.

Saat gema adzan Ashar belum selesai, adzan Maghrib telah merambah bumi ini.

Selang beberapa saat adzan Isya’ pun siap melanjutkan.

Ketika gema adzan Isya’ belum selesai di benua Amerika, adzan Subuh sudah kembali terdengar di sebagian wilayah Indonesia.

Seiring bergantinya siang dan malam, ternyata adzan akan selalu berkumandang di bumi ini.

Tanpa kita sadari, para muadzin di seluruh penjuru dunia ini tak henti-hentinya bersahutan mengumandangkan adzan.

Insya Allah gema adzan akan terus mengawal dunia berputar hingga akhir zaman.

Diambil dari Adzan MetroTV

Aku dan Pokemon

Kemarin, saat aku mengantar adik sepupuku si Yasuko membeli baju di Cibubur Junction, aku melihat deck TCG Pokemon Platinum Supreme Victors. Awalnya aku hanya berniat melihat-lihat saja, namun kemudian aku memutuskan untuk membelinya. Sudah lama aku tidak membeli TCG Pokemon. Aku ingat, terakhir aku membeli kartu TCG Pokemon saat aku masih duduk di bangku SMP yang mana saat itu baru rilis TCG Jungle Set. Yasuko yang melihatku membeli kartu Pokemon langsung berkomentar, ”Kenapa sih Cak Man suka banget sama Pokemon? Perasaan dari dulu Pokemon melulu deh…”

Banyak orang yang mengenalku tahu kalau aku sangat menyukai Pokemon. Aku menyukai game buatan Satoshi Tajiri itu semenjak berumur dua belas tahun saat duduk di bangku SMP sampai aku berumur kepala dua sekarang ini. Kalau dihitung, sudah sepuluh tahun lamanya aku mengenal dan menyukai Pokemon. Entah apa yang membuatku tertarik dengan permainan ini, namun yang aku ingat aku pertama kali mengenal Pokemon saat bermain di TimeZone dan melihat kartu hologram bergambar Sandshrew. Pokemon tikus itu tampak sangat imut dan membuatku ingin memiliki kartu hologram yang menjadi hadiah penukaran tiket TimeZone itu. Aku pun bermain di TimeZone dan mendapatkan beberapa tiket yang kemudian kutukarkan dengan dua kartu hologram bergambar Pokemon. Tapi penjaga konter memberikanku dua buah kartu masing-masing bergambar Cubone dan Slowpoke, padahal aku ingin sekali mendapatkan kartu bergambar Sandshre. Namun karena aku pendiam (dan itu berlangsung sampai saat ini), aku menerima saja dua kartu tersebut tanpa protes. Terus terang saja, aku sangat tidak suka dengan wajah Slowpoke yang terlihat seolah-olah mengejekku karena aku tidak berhasil mendapatkan kartu bergambar Sandshrew yang kuincar itu. Aku penasaran dimana kedua kartu itu sekarang.

Sejak saat itu aku mulai berburu dan mengoleksi pernak-pernik yang terkait dengan Pokemon. Aku mengumpulkan tazos bergambar Pokemon dari Chiki Balls, kartu TCG Pokemon, stiker Pokemon dari permen Chupa Chups, bahkan organizer bergambar Pokemon. Satu lagi pernik Pokemon yang sangat berkesan bagiku adalah boneka Pokeball yang bisa dibuka dan berubah Charmander. Boneka itu aku beli di Toys’ R Us bersamaan dengan boneka Horsea yang dibeli adikku. Sayang boneka itu sekarang tidak jelas keberadaannya.

Setiap kali anime Pokemon ditayangkan di televisi, saat itu di SCTV setiap hari Sabtu dan Minggu pukul tujuh malam, aku tak pernah absen untuk menyaksikannya. Terkadang saat televisi di rumah mengalami gangguan karena antena tertiup angin, aku bela-belain nonton di rumah tetangga. Aku ingat episode anime Pokemon yang pertama kali aku lihat adalah episode ”Pokemon, I Choose You!”, namun saat itu aku tidak melihatnya di stasiun televisi melainkan melalui VCD original milik Yasuko. Sebelumnya aku bahkan sudah menyaksikan Pokemon the First Movie dari VCD original milik seseorang yang sekarang menjadi kakak iparku.

Awalnya aku hanya mengetahui kalau Pokemon adalah serial animasi saja. Dugaanku salah saat aku membaca sebuah majalah game DIVA (sekarang sudah bangkrut) milik Yasuko yang saat itu membahas Pokemon versi Gold dan Silver yang baru saja dirilis. Pada majalah itu ditampilkan gambar-gambar Pokemon generasi kedua mulai dari Chikorita sampai Celebi. Saat itulah aku baru menyadari kalau Pokemon awalnya adalah sebuah game untuk mesin Gameboy. Aku pun mengenal judul-judulnya mulai dari versi Red dan Blue sampai Gold dan Silver yang saat itu baru rilis. Mengetahui hal itu, aku ingin sekali bisa memainkan game-game itu. Namun aku tahu kalau keinginanku itu mustahil karena aku tidak memiliki mesin Gameboy yang saat itu harganya cukup mahal. Aku tak mungkin memaksa ibuku untuk membelikanku Gameboy karena kondisi keuangan ibuku yang tidak memungkinkan. Aku pun cukup menikmati gambar-gambar dan cerita Pokemon dari berbagai media lainnya dan bahkan menciptakan sendiri dunia Pokemon menurut versiku. 251 nama Pokemon yang ada pada saat itu pun semuanya bisa aku ingat, sementara aku lupa membawa tugas menulis dari sekolah sehingga aku harus mengemudikan sepedaku dengan kencang melewati bus-bus (yang suatu saat kemudian berhasil aku tabrak dengan sukses) hanya untuk mengambil tulisan berisi surat-surat pendek yang tertinggal di rumah. Beruntung aku berhasil menghafal surat-surat pendek yang saat itu sedang diujikan di sekolah keesokan harinya (karena pada hari itu gurunya tidak bisa datang dan perjalananku pun menjadi sia-sia).

Aku sempat menjauhi Pokemon saat aku membaca berita bahwa Pokemon itu iblis, Pokemon itu setan, dan Pokemon membuat gemar berjudi. Berita itu juga mengatakan kalau nama-nama Pokemon mengandung arti yang menjelek-jelekkan Tuhan dan juga agama. Semenjak itu aku jadi tak berani bahkan hanya untuk menyebut nama ”Pokemon”. Aku lalu mengganti penyebutan nama Pokemon dengan ”Poketta Monsta” sehingga artinya menjadi jelas.

Seiring waktu berjalan, aku duduk di bangku SMA dan melupakan sejenak Pokemon semenjak merebaknya kontroversi itu. Tetapi sepertinya Pokemon tak mau aku melupakannya. Aku kembali teringat dengan Pokemon saat sepupuku baru saja membeli sebuah game kompilasi untuk PC. Saat itu aku memainkannya dan menemukan game Pokemon Gold dalam salah satu isinya. Aku tak menyangka kalau Pokemon juga bisa dimainkan di komputer (dimana kemudian aku tahu kalau itu yang disebut dengan emulator). Aku terkejut saat memainkan game itu karena ternyata game Pokemon sangat menyenangkan. Aku ingat pertama kali memilih Cyndaquil sebagai starter dan kuberi nama Flame. Namun sayang, permainanku berhenti karena ternyata ROM game tersebut adalah ROM terjemahan dari huruf kanji Jepang yang belum sempurna sehingga aku tak bisa memahami artinya. Aku terhenti di Ilex Forest dan berhenti bermain Pokemon. Saat itu yang perlu aku lakukan adalah mematahkan pohon kecil dengan CUT, namun karena tulisan dalam game itu tidak aku mengerti, maka aku stuck disana. Aku pun kembali melupakan Pokemon.

Duduk di bangku kuliah dan memiliki beragam kesibukan membuatku tidak sempat memikirkan game, walaupun aku masih sering memainkan game-game kasual macam Insaniquarium. Suatu ketika saat berjalan-jalan di Ratu Plaza, aku melihat ada sebuah toko kaset PC dan aku pun mampir untuk sekedar melihat-lihat. Aku kemudian melihat CD Harvest Moon BTN dan memutuskan untuk membelinya. Saat aku memainkannya, lagi-lagi aku menemukan bonus game Pokemon di dalamnya, yaitu Pokemon versi Emerald. Aku pun memainkannya dan lagi-lagi stuck karena tidak memiliki waktu untuk memainkannya. Aku melupakan sejenak Pokemon Emerald dan kemudian berjumpa dengan Pokemon versi Blue. Awalnya aku tidak berniat untuk memainkan game itu dan hanya ingin melihat bagaimanakah game Pokemon yang pertama itu. Di luar dugaan aku justru kemudian memainkannya bahkan sampai tamat. Inilah game Pokemon pertama yang berhasil aku selesaikan hingga memenangkan pertarungan dengan Elite Four. Aku ingat party terakhirku saat melawan Elite Four adalah Bulbasaur, Articuno, Zapdos, Moltres, Dugtrio, dan Graveler. Keberhasilanku menamatkan game Pokemon pun membuatku ingin memainkan sampai selesai game-game Pokemon versi lainnya. Aku pun memainkan kembali Pokemon versi Gold namun lagi-lagi aku stuck saat berhadapan dengan Pryce. Aku ingat saat memainkan game ini aku bahkan sampai tidur larut malam dan nenekku memarahiku keesokan harinya. Seharian penuh aku memang beraktivitas hingga hanya memiliki kesempatan memainkan Pokemon saat malam hari. Aku lalu beralih pada Pokemon versi Emerald dan berhasil menyelesaikannya. Aku memainkannya secara berpindah-pindah dari satu komputer ke komputer yang lain selama berjam-jam hingga membuat kakakku geleng-geleng kepala. Sementara itu Pokemon versi Diamond sempat aku mainkan dengan meminjam Nintendo DS milik pamanku. Itupun lagi-lagi aku stuck karena kasetnya error. Entah mengapa aku selalu kesusahan untuk bisa menamatkan Pokemon. Sepertinya butuh perjuangan keras untuk itu, atau memang aku tidak diizinkan untuk memainkan Pokemon?

Kembalinya aku memainkan Pokemon bersamaan saat aku membeli sebuah DVD Pokemon the Movie 9 ”Pokemon Ranger & The Temple of the Sea”. Aku memang suka sekali menyaksikan Pokemon the Movie. Empat movie pertama Pokemon sudah pernah aku tonton di VCD dan saat aku melihat Movie yang kesembilan, aku menyadari bahwa Pokemon telah berkembang jauh semenjak aku melupakannya dulu. Aku melihat ada banyak Pokemon yang belum kukenal dan beruntung aku menemukan game Pokemon versi Emerald dalam CD Harvest Moon BTN yang membuatku mengetahui Pokemon-Pokemon.

Di tengah tahun 2008, saat aku sedang suntuk dan stress berat, aku secara tidak sengaja bermain-main di dunia maya dan mencari-cari informasi mengenai Pokemon. Aku kemudian menemukan bahwa semua informasi tentang Pokemon di internet hadir dalam bahasa Inggris. Hanya ada satu forum Pokemon berbahasa Indonesia saat itu dan forum itupun ternyata sudah mati. Aku lalu berniat membuat situs Pokemon berbahasa Indonesia yang kubuat melalui aplikasi multiply. Saat itu aku memang baru saja memulai dunia blogging multiply. Awalnya aku berniat membuat grup Zelda, namun kemudian beralih pada grup Pokemon. Di luar dugaan, grup Pokemon Indonesia atau POIN yang kubentuk itu menjadi populer dan memiliki banyak anggota (hampir mencapai 300) serta mampu bertahan sampai usianya yang kedua pada Mei kemarin. Aku pun menemukan bahwa ternyata penggemar Pokemon di Indonesia sangatlah banyak. Mereka juga memainkan game Pokemon, berbeda dengan anggapanku dulu bahwa anak-anak Indonesia mengenal Pokemon hanya sebatas film animasi saja.

Saat ini aku sudah dewasa, bahkan nenekku sudah berkali-kali memaksaku untuk segera menikah. Meskipun begitu, aku masih saja menyukai Pokemon, yang mana banyak orang mengatakan kalau itu adalah permainan anak-anak. Adik sepupuku si Yasuko yang dulu sering berburu pernik Pokemon bersamaku dan sekarang kuliah di Elektro UI saja sampai terheran-heran dengan sikapku yang begitu menyukai Pokemon sampai aku sebesar ini. Kalau ada satu hal yang dia ingat dariku, itu pastilah Pokemon. Entahlah, mengapa aku sendiri begitu terobsesi dengan Pokemon. Mungkin itu karena Pokemon adalah bagian dari masa kecilku yang sulit untuk bisa aku lenyapkan begitu saja. Mungkin juga karena aku mengikuti Pokemon mulai dari saat Pokemon itu baru saja lahir hingga menjadi sebesar sekarang sehingga ikatanku dengan Pokemon begitu kuat. Entahlah, aku tidak tahu pasti. Yang kutahu pasti adalah saat aku tidak berangkat ke kebun di hari minggu hanya untuk menyaksikan Pokemon di televisi sampai ibuku mengamuk, dan juga saat aku tak bisa tahan untuk menghabiskan uang hanya demi membeli DVD Pokemon. Apakah ini tandanya aku kecanduan Pokemon? Oh, tidak… aku masih bisa mengendalikan diriku dan aku memegang kendali penuh atas hidupku. Pokemon hanyalah sebagian kecil dari hidupku yang mewarnai hari-hariku yang penuh kesepian dan juga kesedihan, walaupun aku selalu berusaha tersenyum di sela-sela hari itu.

Suatu hari nanti… mungkin kalau aku sudah menikah… aku pasti bisa melupakan Pokemon dan tidak akan mengingatnya lagi…